Reasons Why I Strongly Miss Patrick Veira

By : Andrew Alexander

vieira ready to battle anything

Vieira sekarang sedang bermain di Inter Milan, dan menatap kemungkinan untuk memenangi scudetto ke-3 nya di Itali. Sedangkan Gallas sedang ada di jurang kehancuran bersama Arsenal karena sudah tidak bisa menjuarai apa - apa lagi. Ia yang membuat arsenal hancur sperti sekarang ini. Itu sudah cukup untuk menjadi bukti berapa besar perbedaan dalam diri Gallas dan Vieira.

Sebagai perbandingan. Vieira tidak menjadi kapten dan tidak begitu menonjol di Inter Milan. Sedangkan Vieira bisa mengapteni Gallas di Perancis. Jika Gallas bisa mengapteni Arsenal. Maka jawabannya hanyalah satu. Arsenal mengalami kemunduran sehingga bisa - bisanya orang yang paling berkandidat untuk menangani Arsenal adalah William Gallas. Saya sangat rindu sosok Vieira di Arsenal. Bukan dalam hal taktik bermain, karena menurut saya peran Vieira dalam formasi dan cara bermain arsenal sudah hampir 85 persen tertangani oleh Flamini. Namun, saya sangat rindu akan aksi kepemimpinannya, aksi heroiknya dalam beradu argumen dengan wasit maupun kapten lawan, sikap pantang menyerahnya, sikap otoriternya yang bisa membuat Ljungberg gentar, sikap kedewasaanya yang selalu mengatakan "the truth is on the pitch". Dalam team yang sukses, dibaliknya selalu ada kapten yang menonjol dan vokal dalam team. Terry adalah contoh kapten yang baik maka dari itu chelsea bisa sukses sekarang. Seperti yang kita tahu, Gallas hanya menjadi orang kedua di belakang Terry semasa di Chelsea.

Vieira selalu siap untuk memimpin teamnya untuk menghadapi team apapun. Seperti yang pernah diutarakan oleh Wenger," tidak perduli team apa yang akan dihadapi olehnya, apakah itu AC Milan di final liga champion, atau Sheffield Wednesday di hari senin yang hujan, ia tetap memberikan segalanya." Ia pun dewasa dan selalu siap untuk menerima keadaan. Ia sangat sering berujar," the truth is on the pitch " yang artinya : kita bertanding di lapangan, tidak perlu berdebat, jika saya kalah maka saya akan menerimanya. Jika team sedang tertinggal karena gol lawan, Vieira selalu menjadi orang pertama yang tidak pernah menyerah untuk memompa semangat kawan - kawannya, karena ia merasa responsible sebagai kapten. Jika pada akhirnya teamnya tidak berhasil menang atau seri karena kesalahan teman setimnya, ia tidak akan memarahi teman tersebut, ia akan tetap bersedia menerima kenyataan bahwa manusia pasti akan pernah melakukan kesalahan sama seperti dirinya. Namun, lihat apa yang dilakukan oleh Gallas !? saat Clichy membuat penalti di St.Andrew, ia bisa - bisanya menangis ! Apakah itu contoh seorang kapten yang baik ? Vieira pun selalu konsentrasi terhadap permainannya sendiri, ia pantas bersikap otoriter dan memarahi temannya jika melakukan kesalahan, karena Vieira sendiri jarang menciptakan kesalahan dan selalu bermain dengan cemerlang. Itulah sebabnya, Ljungberg selalu respek terhadapnya walaupun pernah dibentak olehnya dalam satu sesi latihan. Jika anda bermain dengan bagus, baru anda boleh mengkritisi teman setim anda. Namun, lihat apa yang dilakukan oleh Gallas ? Permainannya sendiri juga tidak bagus, ia sering lengah dalam menjaga striker lawan, ia kemarin bahkan handsball di Old Trafford. Namun, ia bisa - bisanya mengkritisi Walcott di media, marah karena keteledoran Clichy, suka berkata di media bahwa teamnya sekarang kurang dewasa. Sebenarnya kamulah yang kurang dewasa Gallas ! Jika kamu adalah orang yang dewasa, kamu seharusnya bisa menerima keadaan bahwa memang team Arsenal bukanlah Chelsea, dan bahwa sudah seharusnya kita menatap ke depan dan mencoba untuk membawa team yang muda ini berprestasi ! Bukannya malah kesal dan ngambek melulu dan terus mengkritisi Arsenal di media ! Intinya, Gallas itu tidak bercermin akan peran dia di team dan masih beranggappan bahwa ia adalah kapten yang sempurna. Tidak heran kalau kata Fabregas, bahwa Gallas mulai kehilangan respeknya di mata pemain. Saya pun akan bertindak hal yang sama.

Dan lagi yang paling hilang dalam diri Arsenal adalah teriakan - teriakan pemompa semangat dari seorang kapten yang otoriter seperti Vieira. Vieira selalu berani untuk berteriak dan menghardik teman setimnya jika mereka melakukan kesalahan, namun ia tidak akan berlarut - larut dengan kesalahan temannya tersebut, ia lebih fokus dengan bagaimana cara untuk melupakan kesalahan tersebut dan terus memenangi pertandingan, kalau Gallas ? menangis..

Kita jarang sekali melihat Gallas mengkomando dan berteriak - teriak layaknya seorang kapten. Memang dia kadang - kadang berteriak, namun itu hanya sesekali dan hanya saat - saat seperti corner lawan. Sedangkan Vieira sangat tidak malu untuk berteriak dan meledak - ledak andaikan ada kesalahan dalam teamnya, apalagi jika musuh mulai bermain kasar terhadap teamnya, maka ia pasti akan mulai bermain kasar juga untuk membantu temannya, seperti misalnya perseteruan antara dia dengan Roy Keane. Itu semua bermula dari Reyes yang selalu dikasari oleh Gary Neville.

Saya sendiri bukannya benci sekali dengan Gallas. Namun, saya hanya berpikir bahwa sulit team Arsenal akan berprestasi jika dikapteni oleh kapten yang cengeng seperti ini. Seharusnya Gallas tidak terlalu individualistis dan mementingkan kepentingan pribadi. Seharusnya, Gallas lebih mementingkan kepentingan team untuk berprestasi. Dan tentunya, mengkritisi team sendiri di media padahal permainannya buruk bukanlah sesuatu yang akan membuat Arsenal berprestasi. Kita benar - benar membutuhkan kapten yang dewasa dan berpengaruh seperti seorang Patrick Vieira. Mungkin saya terlalu naif dengan mengeluarkan artikel ini dengan menjelek - jelekan Gallas saat kita sudah tidak bisa juara, dan terkesan saya hanya tidak bisa menerima kenyataan dan mulai mencari kambing hitam, tapi sungguh bukan atas dasar hal itu, walaupun arsenal berprestasi pun saya tetap lebih mendambakan sosok kapten seperti Vieira yang bisa dicontoh dan dihormati kelakuannya, on and off the pitch.

15 April 2008

HOME

Hosted by www.Geocities.ws

1