APPROACH ME ON:

   

 
 
 

Hi Stalkers.

 

 

 

 

 

Saat Harimau Tak Ingin Menjadi Liar(IV)

 

“Eh itu lo ngapain nyari narkoba-narkobaan? Ada tugas ya?” tanyaku heran.

“Gak ada sih. Cuma pengen tahu. Nambah wawasan, kan lumayan Far.”

Tak heran aku dengan apa yang baru saja dijawab Bibin. Bibin adalah orang terrajin yang pernah aku ketahui.

Terus saja kami bergosip sampai akhirnya aku tersadar oleh langit senja oranye kelam yang diiringi suara samar elang yang terbang menukik rendah. Bersegera aku bergegas kembali.

***

Sontak langahku terhenti dengan kagetnya saat melihat benda yang berkilau. Butuh waktu lama untuk mengenalinya, namun tampaknya itu terlihat seperti suntikan.

“Lo sakit ya Bin? Itu suntikan bukan sih?”

“Hah? Enggak kok. Gue gak kenapa-kenapa. Yaudah, yok gue anterin ke kamar lo. Itu fantanya kalo mau dibawa, bawa aja Far.” Buru-buru Bibin menjawab sambil menyingkirkan benda yang tampak seperti suntikan dan medorong paksaku keluar dari kamarnya.

***

Hari-demi hari yang teramat-sangat lelah telah kulewati. Cukup menyiksa batin dan fisik. Dan jujur saja, pikiranku pun tersiksa. Mungkin ini karena aku terlalu kepo, tapi aku melihat banyak yang berubah dari Bibin. Satu bulan ini, kami benar-benar digenjot untuk belajar. Pasalnya, bimbel yang di kontrak sekolah kami, sudah memulai program intensifnya. Jadi, mau tidak mau jam terbang kami dilemburkan setiap hari. Di dua minggu terakhir, aku melihat Bibin lebih menutup diri. Biasanya, kami selalu pulang bersama, tapi akhir-akhir ini dia selalu bergegas pulang begitu bel dibunyikan. Selalu aku mencoba menyusulnya secepat aku bisa, tapi hasilnya nihil. Aku tak pernah bisa menemuinya. Sempat aku berfikir, jangan-jangan dia mempunyai ilmu hitam untuk menghilang. Tapi aku sendiri pun tidak percaya dengan hipotesis yang kukeluarkan itu. Tidak hanya itu, dari lima kali pertemuan dalam seminggu ada saja paling tidak dua hari dimana dia tidak menghadiri kelas. Bagaimana bisa orang serajin dia rela meninggalkan kelas tambahan begitu saja? Ingin sekali kutanyakan, tapi jangankan untuk bertanya, Bibin saja selalu melempar pandang sinis dan dingin padaku.