APPROACH ME ON:

   

 
 
 

Hi Stalkers.

 

 

 

 

 

Saat Harimau Tak Ingin Menjadi Liar(V)

 

Sampai hari itu, aku sudah tak tahan lagi. Kunekatkan diriku sendiri. Aku bertanya padanya tepat sebelum ia berhasil keluar dari kelas.

“Bin, mau kemana lo? Jangan bilang lo mau bolos lagi.” Tanyaku sedikit tempramen.

“Aduh Far, gue lagi buru-buru. Gue ada bisnis, darurat banget. Gak bisa ditinggalin lagi.”

“Lo kenapa sih? Kesambet apa? Masa iya orang kaya lo udah bolos yang ketiga kalinya dalam minggu ini?”

Guys, kelas intensif hari ini ditiadakan. Diganti besok. Pemberitahuan baru dari Pak Fahri” teriak Taufik, ketua kelasku. Dewi Fortuna lagi-lagi memihak Bibin. Aku tak punya alasan untuk menahannya.

“Yaudah lo boleh pergi. Eh tapi sore ini jam setengah enam gue tunggu di gerbang asrama ya, temenin gue ke toko buku. Waktu itu lo bilang ada yang mau dicari juga kan?” tanyaku dengan sedikit membentak.

“Iya oke sip. Tunggu gue aja nanti. Udah ya gue duluan.” Farah mengakhiri percakapan dengan sedikit cemas dan tergesa-gesa dibalik matanya yang akhir-akhir ini mencekung. Entah karena apa ini terjadi.

***

Dan inilah akhir dari segalanya. Aku melihat apa yang tidak ingin aku lihat. Saat itu, sudah lebih 30 menit aku menunggu Bibin, namun sehelai rambutnya pun tak ada. Aku yang sudah naik darah waktu itu akhirnya membanting setir. Kuberanikan diri untuk menyusul Bibin di asramanya.

Diiringi langit malam yang mulai membiru kelabu, aku melihat lampu yang bermain riang diatas dua buah mobil. Semakin dekat aku melangkah sampai akhirnya aku merasa dicambuk saat aku melihat Bibin diborgol sambil diseret lemas masuk kedalam mobil polisi.

***

Ternyata Bibin pada akhirnya tertangkap lantaran menjadi pengguna narkoba. Dan aku sadari, salah satu penyebabnya adalah peraturan sekolahku yang sebenarnya hanya tertampang fisiknya saja. Akhirnya aku dapat belajar, ternyata kebebesan itu tidak selamanya indah. Saat ini, aku bagaikan harimau yang tak ingin menjadi liar.