Buku pedoman Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat Cikuya
Selayang pandang
Pencak adalah beladiri warisan leluhur kita, dimulai dari silat sebagai beladiri fisik, sampai
beladiri olah pernapasan. Yang kelak dikemudian hari dikenal dengan beladiri tenaga dalam.
Tidak dapat disangkal lagi semua beladiri olah pernapasan, berasal dari jurus jurus silat.
Pengembangan jurus jurus silat menjadi jurus olah pernapasan tentu sudah melalui laku dari para
pendekar utama di zamanya.
Pencak silat sudah dikenal sejak bumi nusantara mengenal peradaban. Dimulai dari kerajaan Hindu
pertama di Kutai Kalimantan Timur. Sedangkan kerajaan tertua di tanah Jawa terdapat di Jawa Barat
yang dikenal dengan Kerajaan Hindu Tarumanegara dengan prasasti Batu tulis yang terkenal berada
di kota Bogor. Pengembara asal daratan China Fa Hian membukukan kejayaan Tarumanegara pada tahun
414 Masehi. Kepercayaan masyarakat pada waktu itu adalah kepercayaan Sunda wiwitan dan agama Hindhu.
Kearifan sang raja Purnawarman menyebabkan kepercayaan sunda wiwitan maupun agama Hindhu dapat hidup
berdampingan secara Damai.
Tidak diketahui apa yang menyebabkan surutnya kejayaan Tarumanegara di Jawa Barat. Tidak banyak
catatan sejarah yang bisa menggali sumber penyebab surutnya kerajan Hindhu Tarumanegara.
Surutnya Tarumanegara di Jawa Barat, beralih ke Jawa Tengah, dengan munculnya Kerajaan Kalingga dengan
Ratu perempuan yang bernama Ratu Shima. Yang menurunkan dua dinasti yang di sebut dengan dinasti
Sanjaya dan dinasti Sannaha yang melahirkan kerajaan besar Sriwijaya dan Mataram Kuno.
Swarnadwipa (Sumatra) pernah menjadi pusat agama Buddha dimasa jayanya kerajaan Sriwijaya. Sudah
tentu pencak silat yang berasal Sumatra menyebar kekawasan semenanjung melayu dan daratan Asia
seperti Thailand dan Indocina. Sampai saat ini beladiri di wilayah itu memiliki kemiripan jurus jurus
silat pulau Sumatra.
Runtuhnya kerajaan Sriwijaya berganti dengan munculnya Kerajaan Mataram Kuno di abad ke 6.
Kedua dinasti Sannaha dan Sanjaya bersatu menciptakan karya besar berupa candi Borobudur.
Terjadi pembauran beladiri diri asli Sumatra dengan beladiri asli jawa. Sehingga pada saat ini
kita tidak ketahui dengan jelas pencak Silat yang asli dari tanah Jawa masih ada atau tidak.
Karena factor asimilasi budaya maka pencak silatpun terbaur menjadi satu. Tetapi yang pasti bahwa
Pencak Silat adalah produk budaya bangsa Indonesia.
Dikawasan Nusantara terdapat 3 Bandar yang besar. Yang terletak di pulau yang berbeda.
Sumatra barat (Minangkabau), Sundakelapa (Taruma negara) di Jawa, Jumpandang (Gowa) di Sulawesi.
Alur perdagangan dan alur budaya diikuti penyebaran ilmu beladiri, Sehingga pengaruh silat Sumatra
sangat kental di wilayah pulau Jawa melalui Bandar Sundakelapa. Demikian pula pengaruh silat Bugis
pun ikut masuk ke Jawa melalui pintu yang sama yaitu bandar Sunda Kelapa. Demikian pula masuknya
beladiri asal Cina melalui jalur perdagang sangat mempengaruhi bentuk dan gaya silat yang tumbuh dan
berkembang di daratan Jawa.
Jelasnya sekarang kita tidak akan temukan Pencak Silat asli Jawa. Karena sudah terbaur akibat dari
asimilasi budaya. Kita orang Jawa benar benar beruntung memiliki ragam aliran pencak silat yang begitu
banyak.
Karena masuknya pencak silat di pulau Jawa melalui Bandar Sunda Kelapa yang berada diwalayah barat
Jawa, maka Jawa Barat menjadi sentra pengembangan Pencak Silat di Pulau Jawa. Banyak pendekar tangguh
di seluruh pulau Jawa memiliki keterampilan pencak silat karena mereka menggali ilmu dari Jawa barat.
Sebagai gambaran, Kerajaan Majapahit yang terkenal kuat gagal untuk bisa menaklukan Jawa Barat.
Sehingga hampir di semua kota di Jawa barat Khususnya kota Bandung tidak ada nama jalan yang berbau
Majapahit. Tidak ada jl. Gajah mada atau jl Hayamwuruk di kota Bandung atau di kota-kota wilayah
Parahiyangan.
Ilmu Pernapasan / tenaga dalam banyak dipengaruhi oleh hadirnya beladiri asal daratan Cina.
Hal ini diperkuat atas hadirnya armada laut Cina yang dipimpin oleh laksamana Mo Tjeng Go.
Bukti hadirnya laksmana Tjeng Go berupa kuil / kelenteng Gunung Batu di Semarang.
Hadirnya armada laut dan imigran dari Cina, Bandar Sunda Kelapa semakin kaya akan budaya.
Khususnya perkembangan beladiri Pencak Silat yang bartambah dengan seni beladiri pernapasan.
Di abad ke 16, Ilmu-ilmu Hikmah mulai dikenal masyarakat berkat masuknya agama Islam yang penyebaranya
atas inisiatip Dinasti Ottoman (Utsmaniyah) yang mengirim 9 ulama yang memiliki kharomah. Sebenarnya
di Jawa sudah mengenal ilmu-ilmu Hikmah sejak jaman Hindhu Budha seperti ilmu hikmah yang berasal dari
dinasti Shambala Tibet.
Asimilasi ilmu-ilmu Hikmah asal tanah Arab dengan ilmu-ilmu hikmah Hindhu Budha terjadi pada saat-saat
hampir runtuhnya Kerajaan Majapahit. Maka tidak aneh mantera ilmu-ilmu hikmah merupakan perpaduan dua
bahasa. Yaitu bahasa Arab dan bahasa Jawa.
Oleh karena itu Pulau Jawa yang merupakan pulau yang memiliki penduduk terbanyak di kawasan Nusantara
menjadi pusat berkembangnya ilmu beladiri yang memiliki warna yang spesifik dimulai dari beladiri pencak
silat menyatu dengan beladiri pernapasan serta ilmu hikmah menjadi satu kesatuan beladiri yang tidak
terpisah.