Illustrasi
Runtuhnya kejayaan Majapahit dimulai terjadinya perang Bubat antara Majapahit
dengan Pajajaran Galuh Pakuan pada masa Hayam wuruk dan Perang paregreg pada
masa prabu Brawijaya V. bersamaan dengan berkembang pesatnya agama Islam di Pulau Jawa.
Keruntuhan Majapahit di susul berdirinya kerajaan Islam pertama Demak Bintara pada abad ke 16.
Kerajaan Demak hanya berumur 50 tahun. Pada tahun 1555 kerajaan Demak runtuh dan muncul
kerajaan Pajang . Mulai saat inilah ilmu hikmah berupa kesaktian individu yang dibawa oleh
para ulama yang berkharomah dari tanah Arab dan sekitarnya menyebarkan Islam di Jawa.
Hadirnya ilmu2 hikmah menggeser ilmu keterampilan beladiri silat, sehingga penghayat
ilmu2 kharomah semakin bertambah dan ketertarikan masyarakat untuk mendalami ilmu beladiri
silat semakin berkurang dan meninggalkan ilmu belaidiri silat. Keinginan masyarakat untuk
menjadi sosok yang memiliki kesaktian bathin lebih besar yang mengakibatkan tanah Jawa
kekurangan pendekar beladiri silat.
Jadi tidak aneh expediisi (Gusroh) Dipati Unus ke Melaka memerangi penjajah Portugis gagal total.
Demikian pula pasca tewasnya Dipati Unus di Melaka, Kerajaan Demak semakin lemah. Dan
runtuh pasca pemerintahan sultan Trenggono.
Mas Karebet mengambil alih kuasa Demak dan memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang.
Hal inipun hanya bertahan selama satu generasi. Kerajaan Pajang Yang dI rongrong oleh Dipati
Jipang Panolan runtuh pasca Danang Sutawijaya berhasil mematahkan pemberontakan aria
Penangsang adipati Jipang Panolan
Berbekal tanah perdikan hutan Mentaok yang di hadiahkan Mas Karebet kepada Danang Sutawijaya,
disusun kekuatan untuk mbalelo terhadap kekuasaan Pajang. Yang pada akhirnya Kerajaan Pajang
runtuh. Kemudian munculah kerajaan Mataram Islam yang dipimpin oleh Danang Sutawijaya yang
bergelar Panembahan Senopati.
Runtuhnya Demak maupun Pajang secara logika di sebabkan oleh kurangnya keterampilan beladiri
setiap inividu karena beralih pada ilmu2 hikmah yang menjanjikan kesaktian kesaktian.
Danang Sutawijaya adalah pendekar yang mumpuni dan menyadari bahwa dalam perang terbuka,
manfaat ilmu hikmah tidak banyak membantu untuk membuat unggul jurit. Keterampilan beladiri
lebih banyak menentukan kemenangan. Gugurnya ario Penangsang disebabkan kalahnya bertanding
fisik dengan Danang Sutawijaya.
Hadirnya bangsa Belanda di Sunda Kelapa membuat gusar Sultan Agung. Usaha Sultan Agung untuk
mengusir Belanda pada tahun 1627 dan 1628 gagal total. Dimana ilmu kharomah prajurit Mataram
dengan mudah di patahkan oleh kecerdasan akal prajurit Belanda yang dibantu pendekar bayaran
yang ahli ilmu silat. Perjuangan Sultan Agung mengusir Belanda dari tanah Jawa tidak pernah
terwujud sampai akhir hayatnya.
Melihat kondisi ini para bangsawan di tatar Sunda Jawa Barat menyadari bahwa ilmu2 hikmah
hanya baik untuk penghayatan individu, dan tidak berguna banyak jika dibawa untuk perang terbuka.
Oleh karena itu para bangsawan Sunda lebih berkonsentrasi untuk memperdalam ilmu beladiri fisik
seperti Silat. Lain halnya dengan yang terjadi di jawa tengah dan timur. Ilmu2 hikmah tetap
hidup subur dan meninggalkan ilmu beladiri. Sehingga banyak ilmu beladiri silat asli jawa yang
punah
Dari ilustrasi diatas, sentra ilmu beladiri silat terpusat di tatar sunda Jawabarat. Dan
terbukti Fatahilah mampu melumpuhkan Sunda kelapa. Sehingga berganti nama menjadi Jayakarta.
Jadi secara logika sangat kecil kemungkinan masyarakat jawa barat waktu itu belajar ilmu silat
ke Jawa Tengah atau jawa Timur. Justru sebaliknya ilmu beladiri silat yang berkembang di
Jawa justru banyak berasal dari tatar Sunda dan Jayakarta, dimana Jayakarta sebagai Bandar
raya sebagai pintu masuk budaya maupun aneka ragam aliran silat.
Oleh karena itu kemahiran beladiri abah Andadinata tidak diperoleh dari hasil berguru ke
wilayah tengah dan timur pulau jawa. Yang memang pada kenyataanya abah Andadinata tidak
pernah merantau ke jawa tengah untuk berguru silat disana . Dilihat dari permainan ilmu
silat Abah Andaidinata lebih dominan menggunakan ilmu silat hasil berguru di tatar sunda
seperti pengaruh maenpo Cikalong yang merupakan perpaduan silat Madi, Kari, Sabandar ,Khaer
dan silat asli tatar sunda peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran
Sehingga jelas terlihat bahwa pengaruh ilmu beladiri dari Keraton Mataram terhadap jurus
Margaluyu Pusat nyaris minimal sekali. Satu satunya pengaruh beladiri keraton Mataram
justru asimilasi silat bugis, Madura dan Cina didapat dari keturunan para prajurit Mataram
yang menyingkir ke Cirebon sewaktu terjadi pertikaian antara gusti Adipati Anom (Amangkurat
admiral) dengan ayahnya sendiri Gusti Amangkurat I (sunan kencet) yang pada saat itu menjadi
raja Mataram. Sehingga secara historis tidak ada hubungan langsung antara keilmuan Margaluyu Pusat dengan
Keraton Mataram.
Tidaklah untuk menapis keterkaitan beladiri asal keraton Mataram dengan keilmuan Margaluyu
Pusat. Tetapi memang fakta sejarah menyatakan Keilmuan Margaluyu Pusat yang didirikan oleh
abah Andadinata di Cikuya Cicalengka memang tidak memiliki hubungan langsung dengan Keraton
Mataram