Full Gospel Indonesia

Info

 
 

Files

 

Siaran

 

 

 

 

 

Spiritual Leadership-25 :

Devotion
(Kesetiaan)
Oleh David Yonggi Cho

Berkali-kali saya menyadari para hamba Tuhan jatuh dalam waktu singkat.  Saya sangat sedih ketika mendengar hal ini.  Mengapa mereka jatuh sia-sia?  Alasannya terletak pada masalah mendasar yang ada dalam kehidupan mereka atau dalam sikap mereka terhadap hidup ini.  Ketika mereka menyatakan untuk melayani Tuhan, mereka secara sadar atau tidak sadar telah menjalani kehidupan yang berpusat pada diri sendiri. 
Semua orang menjalani dan merencanakan kehidupan mereka berdasarkan tujuan individual mereka dalam hidup.  Sementara ada yang memiliki tujuan hidup yang terpusat sepenuhnya pada diri mereka sendiri, ada pula yang memusatkan tujuan mereka untuk orang lain.
 
Mengapa anda berpikir bahwa kerajaan sorga ada untuk selamanya?  Itu karena tujuan dari keberadaan Allah Tritunggal tidak egois, melainkan altruistic (tidak mementingkan kepentingan sendiri).  Allah Bapa memberikan segalanya kepada AnakNya Yesus Kristus, seperti Sang Anak juga memberikan segalanya kepada Bapa.  Kemudian Bapa dan Anak memberikan segalanya kepada manusia melalui Roh Kudus. Tuhan menyediakan segala sesuatunya bagi mereka yang telah diselamatkan, dan mereka yang telah diselamatkan harus memberikan segalanya kepada Dia sebagai balasannya.
Namun, dunia Setan merupakan kebalikannya.  Tujuan dari keberadaan Setan adalah untuk dirinya sendiri dan hanya dirinya sendiri.  Setan bekerja dan berusaha hanya untuk kesenangan dan kepuasannya sendiri, sambil meninggalkan perpecahan dan disintegrasi di belakangnya.
 
Ada banyak hamba Tuhan yang rindu memiliki pelayanan yang sukses.  Mereka mempelajari Alkitab dengan rajin dan pergi ke Bukit Doa untuk berdoa.  Namun di antara mereka saya melihat ada yang jatuh dan dihancurkan.  Penyebabnya terletak pada tujuan mereka dalam meningkatkan kemampuan mereka untuk memiliki pelayanan yang sukses.  Dengan kata lain, mereka meminta Tuhan agar memampukan mereka untuk memiliki pelayanan yang sukses yang bertujuan untuk kemuliaan diri mereka sendiri. Tuhan tidak menyukai pendeta yang memiliki motivasi yang berpusat pada diri sendiri.  Meskipun mereka mungkin telah memulainya dengan tujuan yang baik, seperti meningkatkan dan membangun diri mereka, namun jika motivasi pelayanan mereka berpusat pada diri sendiri, maka hal ini akan mengakibatkan kejatuhan diri mereka sendiri. 
   
Apakah bedanya antara Laut Galilea dan Laut Mati?  Kedua-duanya bermuara di Sungai Yordan. Laut Galilea mengalirkan airnya ke cabang-cabangnya dan sungai-sungai, sedangkan Laut Mati tidak.  Akibatnya, sementara ikan bertambah banyak di Laut Galilea, Laut Mati malah mengandung air dengan konsentrasi garam yang tinggi yang menyebabkan kematian bagi semua ikan.
Sebagai hamba Tuhan, kita tidak boleh menjalani kehidupan yang berpusat pada diri kita sendiri, namun kita harus hidup bagi orang lain sambil berdoa, “Bagaimana agar lebih banyak jiwa yang diselamatkan? Bagaimana saya bisa membantu orang lain agar dipenuhi oleh Roh Kudus? Bagaimana saya bisa membantu orang lain agar menerima kesembuhan ilahi?  Bagaimana saya bisa membantu orang lain agar menjadi orang Kristen yang lebih kuat dengan iman yang besar?
Para hamba Tuhan yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini akan terus berkarya di dalam pelayanan mereka, dan mereka tidak akan merasa lelah bahkan ketika mereka menghabiskan banyak energi fisik.
 
Kesuksesan dan kegagalan suatu pelayanan tergantung pada motivasi sang pendeta terhadap pelayanannya.  Pendeta yang memandang dirinya dan kagum akan kekudusan dan kebesaran dirinya sendiri akan jatuh dengan cepat.
Tetapi apabila seorang pendeta menawarkan dirinya sebagai alat bagi Tuhan untuk membantu domba-domba tersesat yang sakit, berdosa dan dalam keputusasaan, dan membawa mereka ke jalan kebenaran, maka Tuhan akan terus memakainya sebagai hambaNya.  Tidak peduli kita memiliki kekuatan jasmani dan rohani yang kuat atau tidak, jika kita setia kepada Tuhan dan melakukan yang terbaik, kita akan menjadi alatNya yang berharga.  Di dalam Alkitab kita dapat melihat Yesus selalu bekerja untuk orang lain.
 
Kita tidak boleh memalingkan mata kita kepada diri kita sendiri.  Apabila kita menjadi berpusat pada diri kita sendiri dan mulai berpikir, “Saya harus lebih suci daripada pendeta itu, saya harus lebih besar,” maka kita akan segera jatuh.  Tetapi apabila orang lain menjadi tujuan hidup kita, maka kita menjadi alat melalui kuasa Roh Kudus, dan kita tidak akan pernah kehilangan kekuatan.
Jika ada yang berpikir, “Haruskah saya terus berlari di lintasan kehidupan yang seperti ini?” maka orang tersebut perlu mengubah sikapnya.  Kita harus memiliki tujuan hidup agar dapat menjadi alat bagi Tuhan untuk menuntun orang-orang yang belum percaya, orang-orang sakit, dan orang-orang yang putus asa ke jalan yang menuju berkat Tuhan.
Selain itu, kita tidak boleh memikirkan tentang apa yang telah kita capai ataupun menanyakan apakah kita telah berhasil atau gagal. 
Satu-satunya pertanyaan yang perlu kita gumulkan adalah “Bagaimana agar saya bisa membawa lebih banyak jiwa kepada Kristus dan menyatakan kuasa Tuhan kepada mereka?”  Kemudian apabila kita terus melakukan yang terbaik, maka gereja kita akan bertumbuh dan iman para jemaat kita akan bertambah pula.  Ini merupakan cara untuk membawa kegembiraan dan kebahagiaan kepada Tuhan, dan sebagai balasannya kita akan menerima kegembiraan dan kebahagiaan yang sama. 
Apabila Tuhan membuka pintu, siapa yang dapat menutupnya?  Ini merupakan kunci menuju pelayanan yang berhasil dan ini merupakan cara untuk membawa kebaikan bagi diri kita sendiri dan jemaat.
 
Kita tidak boleh melihat ketaatan dan pekerjaan kita bagi Tuhan sebagai suatu kewajiban yang kita lakukan dengan terpaksa.  Sikap seperti itu akan membawa kita pada kegagalan.   Kita harus menghindari perangkap tersebut dan memberikan diri kita patuh untuk melayani Tuhan dan bekerja bagi orang lain.  Semakin kita melupakan diri kita, semakin Tuhan mengingat kita dan memperhatikan kita.  Ketika kita dipenuhi dengan pikiran kita sendiri, maka Tuhan akan berbalik dari kita dan tidak akan memperhatikan kita.
Yesus memberitahukan kepada semua hamba Tuhan, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10:39)
Apabila kita setia kepada kerajaanNya dan kebenaranNya, kita akan menerima kehidupan kekal dan pujian dari Tuhan sebagai balasannya.  Jangan pernah melupakan hal penting ini.
 
Catatan :
Bagi yang suka berita politik, silahkan bergabung di [email protected]
Ev.Bambang Wiyono
0812 327 3886
 

 
 
1
Hosted by www.Geocities.ws