Articles

  • L

    Putaran Sebuah Roda

    By: @Imamferi_cool

    Tak dipungkiri ia adalah seorang yang paling beruntung di dunianya. Hidup bertahun-tahun di rumah yang kumuh, reyot, kusam serta banyak sampah disana-sini yang menimbulkan bau yang kurang sedap dan tidak enak untuk dipandang. Itu semua adalah hal yang biasa terjadi di daerah bantaran kali yang dulu terkenal dengan pemandangan bersih, rapi dan juga indah. Tetapi semua itu hanya kenangan belaka, yang ada kali tersebut mengalami kedangkalan yang ekstrim, akibat dari pembuangan sampah yang bisa dibilang sangat liar. Mereka sebelumnya berpikir dari aktivitas tersebut berlanjut, pasti tidak mungkin terjadi efek samping yang berkepanjangan. Faktanya banjir melanda setiap musim hujan tiba. Sedih memang apabila kita hanya mengenang keindahan itu semua di masa lalu.

    Pemuda itu adalah Sony, lelaki paruh baya yang sekarang menginjak usia tujuh belas tahun tetapi belum memiliki pekerjaan yang berarti untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sony hidup sebatang kara ketika ia ditinggal pergi ayahnya ketika ia masih bayi, ditinggal mati oleh ibunya akibat perang saudara, dan kakaknya sendiri yang secara tidak sengaja meninggalkannya di pasar ketika mereka mengamen di usianya yang beranjak lima tahun. Sony hidup sendirian sampai ketika ia bertemu seorang gadis yang sebaya dengannya di umur tujuh tahun. Gadis tersebut juga memiliki nasib yang sama yakni ditinggal pergi oleh orang tuanya. Nama gadis itu ialah Nadia. Mereka bertemu pertama kali di Stasiun Kereta Api jurusan Sabang-Merauke. Semenjak mereka mengenal satu sama lain mereka selalu pergi bersama, mengamen bersama dan juga tidur bersama di dalam stasiun kereta. Seringkali mereka kebasahan saat hujan akibat dari atap stasiun yang bocor.

    ***

         Suatu ketika mereka bertemu dengan Roy, laki-laki kekar yang sering kali mengajak para gelandangan untuk ditampung dan diberikan makanan serta tempat tinggal sementara untuk mereka. Ternyata ada maksud lain dari kebaikan Roy selama ini, dia mempekerjakan para gelandangan untuk mengamen dan menjadi pengemis setelah itu mereka menyetorkan seluruh uang hasil kerjaan ke Roy. Mereka tidak dapat lagi kabur kemana-mana karena kawasan tempat Roy ini di pinggir kota yang sepi. Dua tahun kemudian Sony dan Nadia diajak Roy untuk bekerja di tengah kota karena pendapatan mereka menurun akibat banyaknya orang yang tidak ingin lewat ke daerah Roy yang terkenal banyak pencopetnya. Ketika Sony dan Nadia pergi ke kota ini merupakan kesempatan yang besar bagi mereka untuk kabur dari Roy. Tak beberapa lama mereka pun sampai ke kota, Roy dan Nadia melihat ke sekeliling mereka yang penuh sekali dengan keramaian dan mereka beruntung melihat Pak Polisi sedang bertugas, mereka mencoba mengendap-endap guna menipu si Roy, seketika itu pula mereka secepat kilat berlari kearah Pak Polisi dan melaporkan kepadanya bahwa mereka telah diculik selama dua tahun hanya untuk diperkerjakan sebagai gelandangan.

    Tahu bahwa Sony dan Nadia kabur, Roy seketika panik dan mencoba mencari keberadaan mereka. Setelah itu Pak Polisi berlari menuju keberadaan Roy. Dari belakang bahunya Roy Pak Polisi mengendap-endap dan menangkapnya seketika Roy jatuh terjerembap dan kedua tangannya di borgol. Setelah itiu Roy dibawa ke kantor polisi guna memberikan informasi lebih lanjut. Rombongan Sony juga dibawa ke kantor polisi guna memberikan informasi lebih lanjut. Setelah mereka sampai di kantor polisi Sony dan para gelandangan lainnya mengakui bahwa mereka sebagai korban dari Roy dan ingin segera Roy untuk dipenjarakan seumur hidup. Atas kelakuannya yang memperkerjakan anak di bawah umur, Roy dihukum seumur hidup. Sony dan Nadia sangat gembira mendengar keputusan pengadilan.

    Akibat ramai berita pengakuan dari Sony dan Nadia di media cetak, kakak Sony pun sempat membaca keberadaan adiknya sekarang dimana. Sudah lama sekali dia tidak menemukan adiknya ternyata dia diperkerjakan oleh orang. Dan dia pun menjenguk adiknya di kantor polisi dan bertemu kembali di kantor polisi. Sony ketika melihat kembali kakaknya dia pun sangat histeris karena sudah lama ia tidak bertemu dengan kakaknya. Kakak Sony pun mengajak dia dan Nadia untuk tinggal di rumah di tempat yang kumuh dekat dengan bantaran kali karena itu satu-satunya tempat yang mereka dapat tinggali. Sony dan Nadia sangat senang sekali dapat kabur dari Roy dan Nadia juga sangat senang dapat tinggal bersama Sony dan kakaknya yang baik karena selama ini Nadia tidak memiliki keluarga.

    ***

         Tak terasa Sony beranjak ke usia yang ke tujuh belas tahun dan ia telah berubah menjadi lelaki yang dewasa. Sama halnya dengan Nadia, ia telah tumbuh menjadi gadis remaja yang tinggal di bantaran kali dengan kecantikan rupa yang tiada tara. Sony dan Nadia  bekerja hanyalah sebagai pembersih kali guna dapat membeli makanan untuk sehari-hari. Mereka semua senang dapat bekerja seperti itu karena menurut mereka pekerjaan itu ialah pekerjaan yang mulia karena dapat menjaga lingkungan sekitar dari kebanjiran akibat sampah. Sering kali mereka menegur orang-orang yang sering membuang sampah sembarangan. Tak jarang ada manusia yang sadar akan pentingnya lingkungan, tetapi ada juga yang marah ketika ditegur untuk tidak membuang sampah sembarangan.

    Suatu hari, Sony sedang mencangkul di kali yang sangat kotor dan tak sama sekali menarik minat siapapun untuk membersihkannya. Dibantu dengan Nadia pekerjaan merekapun terasa sangat ringan meskipun terik matahari memasak darah di dalam tubuh mereka sehingga warna merah kecoklatan menjadi selimut dari tulang dan sendi. Akan tetapi, sesuatu telah memperlamban kerja mereka ketika Sony berteriak mengeluh dengan tempat yang di bersihkannya. Cangkul yang di pegangnya patah. Entah sesuatu seperti benda keras telah memperbuatnya. Sejenak Sony berhenti bekerja dan berpikir apakah benda keras itu sebenarnya, Nadia pun bergegas mendekati Sony yang terlihat sangat terselubungi kebingungan. Nadia memecahkan lamunan Sony dengan menyentuh punggung Sony yang berlumur keringat panas.

    “Kak, kenapa kakak berhenti bekerja? Apa kakak sudah sangat lelah? Kenapa kakak hanya melamun saja?”

    “Kakak tidak lelah dik. Kakak juga tidak melamun. Tetapi, lihat saja cangkul kakak patah. Ada benda yang sangat keras di tempat ini dan telah mengenai cangkul kakak.”

    “Benda keras? Kak, ini kan daerah kali wajar saja banyak benda-benda aneh.”

    “Tapi, selama kakak bekerja disini, ini merupakan pengalaman pertama kakak dalam mematahkan cangkul.”

    Mereka berdua pun kebingungan dengan apa yang telah terjadi dengan cangkul itu. Tapi, di balik kebingungan mereka terselip hasrat untuk mencari tahu tentang apa yang telah membuat cangkul mereka patah. Perlahan-lahan tangan kotor Nadia mendekati dan menyentuh benda yang menimbulkan tanda tanya itu. Seketika itu pun Nadia merasakan permukaan yang kasar dan sepertinya benda itu berukuran sangat besar. Tidak hanya diam Sony pun beranjak untuk mendekati benda itu.

    “Kak sebenarnya benda apa ini, permukaannya kasar dan tampaknya ukurannya besar.”

    “Kenapa tidak kau periksa saja benda itu. Barangkali barang itu bisa berguna buat kita.”

    “Tapi kakak tolongi Nadia yah…”

    Mereka pun mencoba untuk memeriksa benda keras itu. Diliputi dengan keraguan karena tidak yakin dengan benda itu, mereka pun segera membersihkan tanah yang menutupi benda itu meskipun benda itu masih terkubur sebagian badannya di dalam tanah. Semakin penasaran mereka pun menggali tanah tersebut. Ternyata benar kotak tersebut berukuran besar yang terbuat dari besi dan dikunci dengan gembok. Mereka hanya berpikir kalau mereka tidak akan pernah bisa membuka kotak tersebut. Tetapi mereka tidak kehilangan akal, mereka pun segera mengambil linggis yang terletak tidak jauh dari mereka. Walaupun memakai linggis bukanlah cara yang mudah, tetapi itu malah mendorong mereka untuk lebih semangat lagi. Alhasil, kotak itu berhasil dibuka. Mula-mula mereka sama-sama tidak berani untuk membuka lebih lebar lagi, mereka berpikir bahwa benda-benda anehlah yang mengisi kotak itu.

    Dengan keberanian hati kecil Sony lah, ia mencoba untuk mendekati kotak besar tersebut. Dibukanya kotak tersebut perlahan namun pasti. Mereka berdua tidak sabar barang apa sajakah yang mengisi kotak besar tersebut.

    “Kreeek… Kreeek… !!!” pintu kotak besar perlahan-lahan terbuka.

    Mereka berdua terbelalak ketika melihat isi kotak besar itu. Warna kuning keemasan dan putih mengkilat telah memantulkan sinarnya kearah muka Sony dan Nadia.

    “Wow, lihat dik banyak sekali emas dan mutiaranya. Semuanya berkilauan. Pemerintahan kan pernah bilang, apabila kita telah menemukan harta karun, kita dapat menggunakannya karena barang tersebut telah menjadi hak milik kita.”

    “Iya kak, mau kita apakan ya kak harta itu ? Bagaimana  kalau kita bagikan sebagian harta ini ke masyarakat sekitar guna mereka mendapatkan kehidupan yang lebih layak daripada sebelumnya.”

    “Ide bagus dik. Dan juga dengan harta ini kakak akan meminang adik sebagai istri kakak, karena dari pertama bertemu kakak sudah menyayangi adik sepenuh hati kakak. Walaupun kita tinggal di rumah yang reyot, tetapi kakak berusaha keras untuk dapat menafkahi adik dan juga kakakku. Jadi maukah adik menjadi istri kakak ?”

    “Dengan senang hati kak. Dari dulu pun sebelum kakak mempunyai semua harta ini, adik telah menunggu kakak kapan saatnya untuk menikahiku karena selamanya adik ingin sehidup semati dengan kakak !”

    Ternyata itu semua merupakan harta rampasan bajak laut topi merah yang sampai sekarang belum ditemukan keberadaannya. Seketika itu Sony memanggil kakaknya agar harta tersebut diangkat ke atas permukaan. Dan memberitahukan agar harta tersebut dibagikan ke tetangga-tetangga yang tinggal di sekitar bantaran kali. Juga ia meminta restu kepada kakaknya karena ia ingin menikahi Nadia. Restu itu pun didapatkan oleh Sony.

    Mereka menyelenggarakan pernikahan yang terbesar pertama yang tercatat di kawasan kumuh tersebut. Semua tempat dan suguhan makanan yang tersaji pun merupakan hasil kreasi dari hotel berbintang lima. Sony yang mendesain itu semua karena ia ingin seluruh masyarakat yang tinggal di bantaran tersebut menikmati hasil dari temuan tersebut. Masyarakat terlihat senang dengan apa yang  mereka lihat karena mereka semua baru pertama kali melihat gedung semegah itu dan juga makanan yang terlezat yang juga baru pertama kali mereka rasakan.

    Wajah ceria tampak pada saat kedua mempelai dinyatakan sah sebagai suami istri. Sony juga tidak lupa bersyukur terhadap Tuhan yang memberikan mereka kenikmatan yang tak terhingga nilainya. Sony pun dikaruniai satu anak laki-laki dan dua anak perempuan yang ketiganya memiliki paras tampan dan cantik yang berasal dari gen kedua orang tuanya. Mereka berdua pun telah berhasil menjadi orang tua yang layak untuk anak-anaknya. Mereka pun hidup bahagia selamanya dengan harta hasil temuannya yang konon tidak akan habis sampai tujuh keturunan.