Banyaknya pulau dan daerah di Indonesia memberikan warna tersendiri bagi Bangsa kita, terlihat berbeda dengan ciri khas daerah masing-masing, hal ini lah yang melatarbelakangi mengapa kita harus mengetahui karakter bangsa, bagaimana kita memahami  karakter bangsa yang notabene memiliki banyak perbedaan. Karakter bangsa bukan hanya tentang harga diri, prestise, ataupun nama. Lebih dari itu, mendalami karakter bangsa adalah bagaimana kita memahami perbedaan dalam aspek kognitif maupun afektif.. Hal tersebut  yang aakan menjadi pemersatu bangsa , bersifat,  bertindak dalam setiap tingkah laku sebagai cerminan identitas suatu bangsa sebagai tujuan persatuan bangsa yang besar.

Pakar Jerman Otto Baurer berpendapat bahwa bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib. Persamaan nasib di dalam semua perbedaan itulah yang membentuk karakter bangsa, dimana karakter bangsa itu sangat penting baik alam pemahaman maupun implementasinya. Namun, apa jadinya apabila karakter itu belum teraplikasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

Asumsikan suatu saat dunia beranjak mendekati kiamat dimana seluruh manusia di dunia ini tergabung di suatu tempat tanpa arah dan tujuan. Lalu apa yang yang mereka tanyakan? Bukan temanmu, bukan hartamu, bukan daerahmu, bukan jabatanmu, tetapi karaktermu sebagai identitas bangsa, bagimana kau bertindak dan berfikir akan Bangsamu dimanapun dan apapun keadaaannya. Itulah yang akan kau temui. Semua orang didunia belum tentu mengenal bahasamu, temanmu, daerahmu, bahkan mereka tak peduli siapa temanmu dan apa jabatanmu sebelumnya. Mungkin kita belum mengenal dunia sesungguhnya, tapi dunia pasti akan mengenal kita generasi muda dengan identitas nyata sebagai bangsa Indonesia.

Disisi lain, sayangnya saat ini masih dipertanyakan dimanakah keberadaan mereka yang memiliki karakter bangsa dan yang masih mencintai tanah airnya. Apakah mereka adalah anak-anak manja yang maunya hanya jalan-jalan keluar negeri? Apakah mereka yang menghamburkan uang dengan jabatan orang tuanya? Ataukah mereka yang hanya ingin memiliki barang-barang branded internasional? Tentu bukan, salah satu contoh nyata yang telah diangakat ke layar kaca sebagai pencerminan kebobrokan integritas anak bangsa yang tergiur akan kehidupan orang luar. Siapa yang salah? Pemuda dengan hasrat kebutuhan tinggi? Ataukah orang-orang berdasi yang melupakan jatah pembangunan daerah perbatasan? Bertahan dengan rasa cinta  tanah air secara miris atau beranjak menyongsong negeri seberang dengan perubahan.

Tanah Surga Katanya adalah salah satu film yang diputar menjelang kemerdakaan RI yang ke 67. Herwin Novianto sebagai sutradara mengangkat film ini sebagai fragmen berisi potret mirisnya kehidupan daerah perbatasan, yang nyaris tak melihat kehidupan bangsanya, hidup dengan segala ketebatasan akibat dianggap sebelah mata hanya karena tinggal di daerah terpencil yang berbatasan dengan Malaysia. Hasyim seorang lelaki tua yang meninggal tepat disaat anaknya bersorak menyaksikan prestisenya pertandingan bola Indonesia melawan Malaysia. Mirisnya, Haris sebagai anak semata wayang lebih memilih kehidupan Malaysia yang Katanya surga kehidupan, dibandingkan Bangsa yang telah melahirkan dan membesarkannya. Ilmu yang Haris dapat dari bumi pertiwi, seolah terbuang dengan mudahnya di negeri Jiran. Kompleksnya masalah ini sehingga menuntut seseorang dalam mengambil keputusan hidupnya.

 Berkaca dari sinopsis singkat diatas, dimana kematian seorang ayah diiringi dengan sorak sorai anaknya yang mendukung kesebelasan  tim Negeri seberang. Dimanakah hati seorang anak  bangsa sekaligus anak dalam keluarga? Dalam film ini menunjukan bahwa lunturnya rasa cinta tanah air ini semakin menjadi-jadi hingga ter-ekspose dalam layar kaca. Dari sisi objektif, disatu sisi dalam hal ini Haris telah bersalah atas tindakannya, namun disisi lain keterbatasaan pekerjaan dan sumberdaya dan kurangnya perhatian pemerintah di daerah perbatasan juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh atas pindahnya anak pribumi ke luar negeri. Lalu apa yang akan terjadi apabila seluruh anak  di daerah perbatasan justru mengabdikan dirinya untuk negara tetangga?

“When wealth is lost, nothing is lost, when health is lost, something is lost but when character is lost everything is lost.” Saat karakter hilang maka maka semuanya pun akan hilang. Melihat hal ini maka perlu diadakannya pelurusan mengenai historis perjalanan bangsa ini mengenai betapa pentingnya karakter bangsa. Dimana hal itu dapat membantu dalam mengembalikan jiwa muda anak bangsa yang saat ini banyak terpengaruh budaya bangsa lain.  

Oleh karena itu diperlukannya pendidikan karakter sejak dini, dimulai dari pembenahan diri sendiri, kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter baik dari  keluarga, maupun formal education. Begitu juga dengan pemerintah yang seharusnya peka akan masalah dan kendala yang menjadi penyebab dari lunturnya karakter bangsa dan rasa cinta tanah air itu sendiri. Giving the solutions by seeing the problems, lalu apa yang kita tunggu? 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-t017-12-002403_tanah-surga...-katanya

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_di_Indonesia

http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/21/permasalahan-permasalahan-bangsa-karakter-bangsa/

 workshop direktorat jendral pendidikan tinggi kemendikbud, satgas pengembangan pendidikan karakter.

Drs.Chotib, Semangat kebangsaan. 2006, Yudisthira.