- Sebelum berangkat kuliah, Rony
diminta ibunya untuk mengantarkan adiknya, Tino, yang masih kelas
satu SD ke sekolahnya. Di tengah jalan baru disadari bahwa salah
satu ban motornya kempis. Mereka berhenti dan memompakan bannya di
tukang tambal ban yang ada di pinggir jalan.
- “Isi angin bang!”, kata
Rony pada tukang tambal ban.
- Tukang
tambal ban langsung saja mengisi ban yang kempis dengan kompresornya.
- Sambil
menunggu, Rony bertanya, “Berapa bang?”
- “Tigaratus.”
Jawab si tukang tambal sambil menerima uang Rp 500,- dari Rony
setelah selesai mengisi angin.
- “Waduh
!, nggak ada kembaliannya dik.” si tukang tambal berkata lagi.
- Si
kecil Tino yang dari tadi diam saja, tiba-tiba menjawab “Kalau
begitu sisanya ditambah angin lagi saja, dibungkus plastik untuk
persediaan.”
-
-
☻☺☻
-
- Isteri
: Apa alasanmu pulang ke rumah pada jam lima pagi seperti ini,
dan dengan baju yang penuh bekas lipstik ?
- Suami
: Sarapan!
-
☻☺☻
-
- Di ruang kantor rumah sakit
bersalin telepon berdering dan di ujung sana terdengar suara panik.
“Kirim ambulans, cepat. Isteri saya segera akan melahirkan.”
- “Tenang, tenang,” kata
petugas di rumah sakit bersalin. “Coba katakan dahulu, apakah ini
anak yang pertama?”
- “Bukan,”
jawab suara di ujung sana. “Ini suaminya.”
-
☻☺☻
-
- Dengan lantang dan meyakinkan,
seorang pembela melontarkan pertanyaanpada seorang saksi, “Waktu
itu sudah larut malam. Tapi anda mengatakan bahwa dari jarak 100
meter anda melihat terdakwa mencekik korbannya. Jangan main-main, ya?.
Sampai seberapa jauh sih anda bisa melihat pada malam hari?”
- Si
saksi mengangkat bahu. “Seberapa jauh sih bulan dari sini?”
-
☻☺☻
-
- Ketika pada suatu malam Robert
tiba di rumah, dilihatnya anaknya, si kecil Toni, yang baru berumur
tiga tahun itu sedang berusaha menyalakan rokok yang terselip di
bibirnya. Ia langsung berlari mencari istrinya yang sedang sibuk di
dapur.
- “Kau
lihat?” katanya, “anak kita sedang menyalakan rokok.”
- “Baik.
Aku akan melarangnya,” kata isterinya. “Anak itu memang masih
terlalu kecil untuk diizinkan untuk bermain korek api.”