D
Disinilah tempatku saat ini, tempat yang nyaman, dan penuh cerita,
SMAN SUMSEL (Sampoerna Academy). Walaupun belum genap satu semester
di SMA ini, sudah banyak cerita yang dapat diceritakan, yang mungkin
kalau di ceritakan seluruh isi didalamnya itu tak akan tertampung
oleh tumpukan si putih A4. Orientasi, inilah awal cerita dimana kami
mengenal yang namanya kehidupan berasrama, kekeluargaan yang semakin
hangat terasa. Yang mana dulunya teman adalah teman, namun saat ini
teman merupakan keluarga kedua.
Orientasi, �5 hari penuh cerita�, begitulah aku
menyebutnya. Push up, itulah makanan kami untuk mengawali hari
dengan kak Alvaro yang berwajah sedikit dingin, berbadan cukup tegap
dan dengan tatapan yang tajam. Satu kalimat yang selalu ia ucapkan
untuk mencari kesalahan kami, �is it family?� saat ada salah satu
dari kami terlambat keluar dari gedung asrama, dan kamipun menjawab
serentak �no� (dengan nada sedikit ragu-ragu). Lalu ia meminta kami
untuk push up semuanya, terkecuali untuk anak yang terlambat. Sempat
terlintas di fikiran, �sebenarnya siapa disini yang membuat
kesalahan, kami? Atau mereka yang terlambat?, aneh�. Dan akupun
berfikir kembali �kenapa aku tidak terlambat saja? Kalau terlambat
kan aku tidak perlu push up� dan aku pun mencobanya. Namun sialnya,
di depan gedung A, B, dan C, siswa yang lain telah menunggu dengan
raut wajah yang sama seperti kami (lelah), nah.. sekarang kesialan
itu datang, kami semua pun disuruh push up, sama dengan sebelumnya,
hanya kami yang terlambat sajalah yang push up. Lagi-lagi kak Alvaro
berkata �is it family?�, mereka yang lain pun menjawab dengan
jawaban �no� (dengan nada ragu-ragu�. Namun sekarang bukan hanya
mereka saja yang push up, kami pun disuruh mengulangi bersama mereka.
Begitulah kami mengawali hari di bawah matahari yang masih
bersembunyi.
Cerita orientasi tak berakhir hanya di pagi hari saja,
masih banyak hal yang cukup gila kami lakukan, �sudden wake up�
adalah salah satunya, 3 hari dengan sudden wake up adalah hari yang
melelahkan. Karena kami di paksa untuk bangun ditengah malam dan
dikumpulkan ditengah lapangan futsal, inilah maksud dari sudden wake
upk. Kali ini bukan kak Alvaro yang menjadi biangnya, melainkan kak
Okta yang memiliki tatapan tajam seperti ingin menelan seseorang dan
dengan badan yang sedikit tinggi tegap, yang saat sudden wake up
selalu mendatangi kama kami dan berteriak sambil mengarahkan sebuah
senter kearah mata kami dan sambil berteriak �wake up.. wake up..
wake up dek..� kamipun dengan tergesa-gesa menuju ke kamar mandi
dan mencuci muka yang kala itu masih terdapat aliran sungai di
sekitar bibir (apakah itu?). Yang tak bisa dilupakan adalah hari
dimana akhir dari hari orientasi, yaitu kami menuliskan mimpi,
tujuan, dan harapan kami untuk masa depan, tak heran air matapun
mengalir saat itu, karena semangat kami dalam belajar adalah untuk
membuktikan kepada semua bahwa kami bisa meraih apa yang telah kami
tulis dan kami masukkan kedalam sebuah botol kecil dan koper dimalam
itu. Dilanjutkan dengan menuliskan ketakutan kami diatas sebuah
papan kecil yang kami patahkan dan dilempar kedalam kobaran simerah
yang membara sambil berteriak �I can because I believe I can�.
Keesokan harinya adalah final, inauguration, inilah saat dimana kami
resmi menjadi siswa-siswi calon pemimpin bangsa di SMAN SUMSEL (Sampoerna
Academy), orangtua kami pun menyaksikan dan dipuncak acara, hujan
dari kelopak matapun mengalir lagi, dam kami memeluk orangtua
masing-masing sambil membawa bunga sebagai bukti akan rasa sayang
dan terima kasih kami kepada mereka. Terima kasih orangtuaku yang
telah merawatku sampai saat ini, dan aku akan berusaha menjadi apa
yang kalian inginkan.
***
Awal kisahku yang sesungguhnya diasrama baru akan
dimulai, 3 bulan pertama adalah bulaan-bulan yang mengasingkan bukan
mengasikkan, karena disinilah kami tidak dapat berkomunikasi dengan
keluarga, semua alat komunikasi di tutup untuk kami, sebagaimana
peraturan yang telah dibuat dimana 3 bulan pertama semua alat
komunikasi dilarang bagi kami. Tapi ini melatih kami menjadi siwa
yang mandiri (sedikit), walaupun kerinduan terhadap keluarga kerap
kali menghampiri, homesick. Kurang dari 2 bulan kami telah di
izinkan untuk pulang kerumah untuk libur hari raya, walaupun hanya
beberapa hari, namun itu cukup untuk melepas kerinduan sesaat. Dalam
jangka waktu kurang dari 2 bulan ini saja sudah banyak cerita yang
kudapat, kehilanganlah salah satunya, beberapa lembar pakaianku
melayang entah kemana, hilang. Aku pun bertanya kepada kakak
tingkatku yang lainnya akan hal ini, mereka hanya menjawab �itu
sudah biasa disini, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi tradisi� (dengan
nada mengejek sambil tertawa). Hari demi haripun berlalu, aku mulai
terbiasa dengn kehidupan berasrama, hal lain yang membuatku selalu
teringat ollehku dan ku anggap ini adalah hal yang cukup lucu, yaitu
saat dimana kami berlarian dari gedung kami, gedung D ke gedung E
hanya untuk mandi, ini tidak hanya sekali atau dua kali, namun sudah
cukup sering terjadi, terkang saat air habis dipagi hari kami
terpaksa melakukan hal seperti biasa. Lucunya lagi saat itu sudah
banyak siswa yang datang ke kelas untuk meletakkan tas mereka yang
terlihat berat karena buku didalamnya dan saat itu kami baru selesai
mandi, tepatnya aku baru selesai mandi, terpaksa akupun menunggu
mereka pergi untuk makan ke kantin, karena layaknya baru selesai
mandi dan hanya berbalut selembar handuk akupun berlari kembali
menuju gedung asrama kami, D.
Pengalaman lucu yang lain adalah dimana setiap
malam-malam tertentu saat jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, yang
artinya jam study night dimulai. Study night, inilah bedanya
sekolahku ini dengan sekolah-sekolah lainnya, karena kami mempunyai
program belajar yang namanya study night. (Kembali ke cerita) Bunyi
bel beserta hitungan mundur dari 10-1 pun mulai terdengar, itu
adalah Pak Adi, salah satu coordinator asrama kami yang telah
menghitung mundur untuk siswa yang belum keluar dari dalam kamar dan
kamipun berlari sekencangnya seiring hitungan dari Pak Adi hamper
habis (seru loh). Tapi berbeda lagi dengan yang satu ini, yang satu
ini kami menyebutnya air suci, hampir setiap pagi buta saat matahari
mulai mengintip perlahan beriringan dengan panggilan sholat
berkumandang, Pak adu mulai mendatangi kamar satu persatu dengan
membawa semprotan untuk menyemprot wajah kami yang belum terbangun,
itulah yang kami sebut air suci. �bangun.. bangun..� kata pak Adi
�kalau tidak, saya semprot ini, ayo bangun..� kalau tidak terbangun
juga, air sucilah yang akan menghujani wajah kami dan membangunkan.
Akupun telah merasakan air suci itu sebanyak 4 kali (lumayan sering
bukan?).
Gedung asrama kami adalah gedung yang paling sulit untuk
mendapat nilai 8, ini adalah nilai standar kebersihan dan kerapian
gedung asrama. Kalau nilai kamar tidak mencukupi standar, kami
terpaksa tidak boleh keluar sebagai hukumannya, namun itu hal biasa,
itu hukuman yang sama untuk setiap gedung. Yang berbeda adalah, jika
Pak Adi menemukan sampah, sepatu di rak sandal diluar, ataupun
sepatu yang tidak dimasukkan kedalam lemari, maka hukumannya semua
siswa gedung kami terpaksa menjalani hukuman dengan tidak boleh
keluar saat hari minggu (hanya untuk gedung D saja). Peraturan itu
berlangsung sampai hari ini.
Dan sampai pada titik inilah aku mulai mendapat
inspirasi untuk menuliskan cerita ini, kuketik tombol-tombol
keyboard dari laptop yang kupinjam �ktak.. ktek.. ktak..� beradu
dengan musik yang timbul oleh tangisan awan. Kata demi kata hingga
sampailah aku pada kata yang kuketik saat ini.
TAMAT