PENDIDIKAN DASAR FILATELI
CETAK TINDIH
Ada dua jenis cetak tindih :
- Overprint, yaitu cetak tindih yang hanya bertuliskan kata saja.
- Bertujuan mengubah nama negara
- Untuk kepentingan tertentu (tidak berkaitan dengan perubahan nilai nominal prangko)
Contoh :
- Cetak tindih karena pergantian mata uang : seri Riau;
- Cetak tindih karena pergantian pemerintahan : seri Ned Indie c.t. INDONESIA (1949), prangko Pendudukan Jepang c.t. INDONESIA (1945);
- Cetak tindih untuk memperingati peristiwa tertentu : seri INDOPEX (1993);
- Cetak tindih karena nilai uang : cetak tindih SEN (1965)
- Surcharge, adalah cetak tindih untuk mengganti nilai nominal prangko.
Catatan :
- Cetak tindih biasanya mempergunakan tinta hitam, ada pula warna lain
seperti merah, biru
- Pada cetak tindih pergantian pemerintahan, sifatnya sementara, jumlah
terbatas, (sisa prangko), dan permintaannya meningkat.
Surcharge dilakukan jika :
- Mengubah nilai mata uang;
- Waktu transisi (sementara);
- Waktu terbatas
Contoh cetak tindih :
- Surcharge
- Bencana Alam I (7 Februari 1961), dari seri Hasil Bumi;
- Presiden Soeharto (1 Februari 1991), dari Rp 55 menjadi Rp 50;
- Seri Alat Musik 1967 menjadi seri Porto;
- Zaman transisi / prangko sisa dari penjajahan Belanda dan Jepang;
- Bencana Alam 1953 (8 Mei 1953) di atas seri Gedung PTT yang bernominal 35 sen ditambah 10 sen.
- Overprint
- RIS (1 Mei 1950) dari seri Candi dan Bangunan;
- 65 dan Sen (13 Desember 1965) dari sebagian seri Presiden Soekarno (1964, 6v) dan sebagian seri Alat-Alat Transportasi (1964, 3v);
- SS dengan c.t. Italia World Champion (14 Juni 1982);
- Indopex '93 (20 April 1993) dalam seri Kupu-Kupu;
- Indopex '93 (29 Mei 1993) dalam seri 700 Tahun Surabaya;
- Primera '95 dari seri Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC);
- Riau;
- UNTEA;
- Irian Barat.
© 1996-2001 Perkumpulan Philatelis Remaja Bandung