Home > Puisi > Puisi Terakhir Seorang Pecundang

Puisi Terakhir Seorang Pecundang

Ini saatnya suaraku didengarkan
Ini saatnya kehadiranku dinantikan
Ini saatnya perhatianku dirindukan
Ini saatnya tangisku diredakan
Ini saatnya keinginanku dikabulkan
Ini saatnya sesalku diampunkan
Ini saatnya kesalahanku dimaafkan
Ini saatnya cintaku terbalaskan
Biarkan aku menghadap-Nya dengan tenang
(Demikian sang pecundang menatap setiap mata yang hanya bisa memandang kosong, seolah esok hanya sedetik lagi dan kehidupan akan segera melupakan. Toh, dunia hanya akan kehilangan seorang pecundang...)
Maafkan aku ibu, bapak
Mengapa kalian yang pertama mengalungkan tali ke tiang gantungan?
Menyesalkan akan akhir yang tak seharusnya diakhiri
Ataukah karena darah dagingmu sendiri menyebut dirinya pecundang yang pantas dibuang?

EPILOG :
Gelap malam
di sudut kota
Masih ada air mata
menetes di lembar-lembar kata
yang nyaris takkan pernah terbaca
Setelah bertahun mengembara
Kala sesal pun benar-benar tak ada gunanya
Sang pecundang sudah mati...terbunuh sepi
...
Mengapa juga kau peduli
Siapa tahu dia masih ada di sekitarmu kini
Sekali pecundang, hidup atau mati pun tak ada yang menangisi...

Bandung, 14 September 2000
To Anyone Who Misses Me... You'll Be Over Me

< previous | Index | next >


Homepage ini seisinya © 2002-2007 oleh Imam Indra Prayudi 1