education

Erick Setiyawan. Itu nama saya, saya dilahirkan di sebuah desa yang masih terjaga keindahan alamnya, L. Sidoharjo  terletak di kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan pada 16 tahun yang lalu. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Orang tua saya berasal dari kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Ayah saya mempunyai pekerjaan sebagai petani, sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Sebagai anak pertama, orang tua saya selalu memanjakan saya. Namun, saya cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun, kepribadian yang menyukai barang kesayangan.
Saya mulai mendapat pendidikan di Sekolah Dasar, SDN 1 Sidoharjo, saya adalah salah satu siswa yang teladan, berawal dari kelas satu saya mendapat peringkat  lima kelas, di ikuti peringkat 2 kelas sampai lulus. Di sini, saya menjalani aktivitas yang sangat membosankan, karena dalam sejarah saya tidak bisa memdapatkan gelar siswa terbaik di sekolah dasar ini. Tetapi, saya cukup bangga atas prestasi saya, siswa terbaik, itulah gelar yang saya dapat untuk memperindah kelulusan saya.

Selanjutnya, saya melanjutkan pendidikan di SMPN Sidoharjo. Disini, saya dapat menemukan jati diri saya yang sesungguhnya, banyak sekali prestasi yang saya dapat disini, siswa terbaik di SMPN Sidoharjo tiga tahun berturut-turut merupakan salah satu prestasi saya. Tidak sampai disitu, prestasi saya terus berjalan seiring waktu, olimpiade matematika dua tahun berturut-turut membuat saya tidak puas dengan prestasi itu, karena saya tidak bisa masuk provinsi, walaupun saya sudah mendapatkan sejumlah gelar di tahap sebelumnya. Selain bidang akademik, aktivitas dalam organisasi pun berjalan seimbang dengan prestasi-prestasi yang saya dapat waktu itu. Disini, saya bisa belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin masa depan. Dukungan orang tua, guru, dan teman membuat saya yakin cita-cita yang gemliang di masa depan, dapat saya capai.

Tiga tahun berjalan sangat cepat bagi saya, seperti air yang mengalir dalam kesunyiannya. Diakhir tahun menjelang kelulusan, saya hampir kehilangan semua control diri, persaingan yang sangat hebat terjadi untuk mendapat gelar siswa terbaik di akhir tahun. Ini merupakan bagaikan perjuangan seorang pahlawan untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Tetapi, perjuangan itu tidak sia-sia, karena saya mampu mempertahankan gelar sebagai siswa terbaik. Perasaan bangga dan terharu menemani tetesan air mata yang keluar, akhirnya saya dapat memberikan kado ulang tahun saya yang ke 15. Itu adalah salah satu kado terindah yang pernah saya dapat selama ini.

Berawal Dari Deringan Telepon

Berawal dari deringan telepon malam itu, cerita masa depan saya telah berubah. Ketika itu pihak Sampoerna Academy palembang menyatakan bahwa saya lulus seleksi tahap pertama dalam mengikuti seleksi masuk sekolah ini. Mereka meminta saya untuk mengikuti tahap kedua, yang pada saat itu dilaksanakan langsung di SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna Academy). Sebulan penantian telah usai, daftar 107 siswa telah tercantum dalam selembar surat sebagai siswa yang berhak untuk menerima bantuan beasiswa. Ternyata diantara 107 siswa tersebut, saya masuk sebagai salah satu siswa yang berhak untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

Namun alur cerita berubah, ketika rasa ragu telah menyebar dalam pikiran saya. Tersirat dalam pikiran untuk membatalkan bantuan beasiswa tersebut, dan memilih sebuah SMA yang jelas masa depannya, dibandingkan SMAN Sumatera Selatan yang belum pernah aku dengar sama sekali. Dipihak lain kedua orang tuaku telah memberikan 100% dukungannya kepada saya untuk mengambil bantuan beasiswa tersebut. Akhirnya saya menerima bantuan beasiswa tersebut, dengan membawa sejuta harapan masa depan yang gemilang.