Home > Artikel > How Microsoft Was Won

How Microsoft Was Won

Akhirnya palu pun diketuk, Pihak Microsoft dinyatakan menang dalam gugatannya melawan lima vendor komputer lokal berdasarkan UU Hak Cipta. Implikasinya bakal besar sekali, konon Microsoft akan melakukan sweeping terhadap para pengguna produk Microsoft ilegal, dimulai dari instansi, perusahaan, dan organisasi. Dampaknya tentu sangatlah besar, menurut data terakhir 89% software yang digunakan di Indonesia adalah bajakan. Mengingat begitu dominannya produk Microsoft di pasaran software, maka bisa diasumsikan sekitar 80% software di Indonesia adalah bajakan produk Microsoft. Kalau diasumsikan (lagi) bahwa populasi PC di Indonesia sekitar 2 jutaan (?) dan di setiap PC terinstal 10 software, maka secara kasar ada 16 juta kopi produk Microsoft bajakan yang terinstalasi, dan kalau Microsoft mengutip biaya 'pemutihan' lisensi per kopi 100 dolar, maka Microsoft akan memperoleh bonus 1,6 milyar dolar !

Apa dampaknya terhadap kita, para end user yang telah terbiasa dimanjakan produk-produk software bajakan, terutama produk Microsoft yang (katanya) user-friendly, powerful, full-compatible, etc etc etc... itu ?. Mari kita hitung jumlah software produk Microsoft di PC kita masing-masing, mulai dari DOS, Windows (apapun ekornya), Office (Word, Excel, PowerPoint, Access), FrontPage, Plus, Entertainment Pack, Publisher, Visual...Basic, C, FoxPro, whatever..., Encarta, Money, Project, Visio (mulai versi 2001), Picture-It, Age of Empires, Flight Simulator, Golf, (lho kok saya jadi promosi...), lalu catat harga lisensi masing-masing yang berkisar antara $ 80 - $ 699, lalu jumlahkan dan bayangkan jumlah yang tertera ditambah dengan empat nol di belakangnya (dalam rupiah). Mungkin kita harus jual diri dulu untuk bisa membayarnya.

Lalu bagaimana ? apakah kita harus menyembunyikan PC kita dari kejaran petugas sweeping, ? Dengan suka rela menghapus semua program buatan Microsoft ? Atau dengan gagah berani meminta penjadwalan ulang pembayaran lisensi ? Atau dengan setengah terpaksa mencoba hidup tanpa Microsof (dunia belum kiamat...). Masalahnya tentu terletak pada investasi yang telanjur dilakukan dalam bentuk dokumen, hardware, dan waktu yang dihabiskan untuk menguasai program-program tersebut. Jangan putus asa dulu, ada sedikit tip dan trik bagi anda yang sudah mulai paranoid menunggu kedatangan tim sweeping Microsoft :

  1. Kurangi penggunaan software buatan Microsoft, kalau bisa minimumkan sampai hanya Windows (Operating System). Platform Windows menyediakan dukungan software terbesar di dunia PC, jangan sia-siakan waktu Anda untuk meratap, mulailah melirik alternatif software Microsoft. Sedapat mungkin carilah alternatif berupa shareware/ freeware, yang produsennya nggak akan melakukan sweeping di Indonesia (karena nggak sebanding dengan capeknya).
  2. Kalau ingin lebih ekstrem lagi, langsung saja loncat ke platform sistem operasi lain, yang gratisan seperti Linux/ FreeBSD menjanjikan kebebasan, dukungan software yang murah, dan kinerja yang jauh lebih handal dibandingkan Windows versi berapapun. Memang anda akan dibuat frustrasi dengan penyesuaian diri dan keharusan untuk belajar sendiri segala sesuatunya, namun itu lebih baik dibandingkan masuk penjara gara-gara dituduh membajak software, kan ?
  3. Kalau sudah tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Microsoft, siapkan saja duit banyak buat menebus lisensinya sekarang, nggak usah nunggu di-sweeping dulu... :)

Di bawah ini beberapa alternatif pengganti software Microsoft :

  1. Windows : Linux (Free), FreeBSD (Free), BeOS (Komersial), MacOS (Komersial), OS/2 Warp (Komersial)
  2. Office : StarOffice (Free), OpenOffice (Free) EasyOffice (Free), 602Pro PC Suite (Free), Lotus SmartSuite (Komersial) Corel WordPerfectOffice (Komersial)
  3. Visio : SmartDraw (Shareware), Paraben FlowCharter (Free) Dia (Free)
  4. Encarta : Grollier, Compton, WorldBook, Britannica (Komersial)
  5. FrontPage : 1st Page 2000 (Free), Arachnophilia (Free), Macromedia DreamWeaver (Komersial), NetObjects Fusion (Komersial), Adobe GoLive (Komersial)

Akhir kata, pilihan ada di tangan kita. Mau terus menikmati hasil karya Microsoft tanpa membajak (dan harus membayar lisensi yang segunung) atau mulai mencoba alternatif lain yang lebih murah namun kutang menyenangkan (Linux dan kawan-kawannya...). Pertimbangan yang harus dipikirkan antara lain :

  1. Kebutuhan Anda, apakah tugas-tugas yang harus diselesaikan mutlak membutuhkan software buatan Microsoft dengan format dokumen tertentu ? Bila hanya untuk mengetik yang kemudian di-print sendiri dan menjelajah web dengan segala perniknya, Linux dan kawan-kawan masih bisa menghandle.
  2. Untuk penggemar game, terutama game kelas berat, yang 3D dan dikemas dalam berkeping-keping CD agaknya masih sangat berat untuk berpisah dengan Windows, karena game sekelas itu di Linux belum banyak, untuk memperolehnya pun masih sukar. (yang resmi maupun tidak).
  3. Apakah cukup tersedia waktu dan nyali untuk belajar dari awal lagi mengenai Linux dan kawan-kawan, di sini akan dibutuhkan kesabaran dan ketabahan, apalagi jika hanya anda sendirian di lingkungan sekitar yang 'nekat' memakai Linux. Banyaklah bertanya, baik secara langsung pada ahlinya, atau lewat KPLI setempat, ataupun via internet (milis, IRC, e-mail), juga banyak-banyak membaca majalah, buku-buku, dan manual / HOWTO yang tersedia (soal bahasa, ndak masyalaaah).
  4. Dan akhirnya, saat sweeping benar-benar terjadi, anda bisa kipas-kipas cari angin, atau kalaupun tidak terjadi setidaknya anda sudah 'bersih'.
  5. Terakhir, bila merasa sudah siap, anda bisa mulai berkontribusi dalam dunia Linux. Caranya, dengan ikut mengoprek source code kernel (kalau berani) atau aplikasi open source lainnya, menerjemahkan HOWTO dan aplikasi, atau menulis artikel macam ini, makin provokatif makin asyik :)

Artikel Terkait

back to index


Homepage ini seisinya © 2002-2007 oleh Imam Indra Prayudi 1 1