|
|
Muhammad
Nawawi bin 'Umar Al-Jawi (Imam Nawawi Al-Bantani), "Nashaihul
Ibad, Edisi Bahasa Indonesia : Menjadi Santun dan Bijak",
penerjemah: Fuad Kauma, penerbit: Irsyad
Baitus Salam, Bandung, September 2005. Jumlah halaman : 304, Dimensi:
21.4 cm x 14.6 cm, hardcover |
Tulisan
pada sampul belakang :
Buku Nashaihul Ibaad, Menjadi santun dan Bijak ini disajikan
untuk anda sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai dengan
tuntunan islami, yang dapat membawa Anda ke arah kebaikan dan
menjadikan Anda berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut. Berbagai
macam sikap dan perilaku yang dicontohkan dalam buku ini, yang
berasal dari sabda Nabi dan atsar para shahabat serta
nasehat para ulama dan ahli bijak, nilainya sangat tinggi. Kata-kata
bijak yang terkandung didalamnya banyak dijadikan rujukan buku-buku
terkenal, seperti Laa Tahzan dan Siyathul Quluub,
sehingga tidak diragukan lagi kebaikan isinya.
Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi sehingga
bila dipahami secara mendalam dan dipraktekkan dengan iklas dalam
kehidupan sehari-hari, dapat mengantarkan kita pada kebersihan
hati, kesucian jiwa, dan kesantunan budi pekerti, serta dapat
mengingatkan kita akan pentingnya memahami makna hidup hakiki
dan pentingnya kita mempersiapkan diri menghadap Sang Mahakuasa
dengan membawa berbagai amal kebaikan dan budi pekerti yang santun.
Semoga pembaca yang budiman dapat mengambil banyak manfaat yang
sebanyak-banyaknya dari buku ini !!!!!
|
Isi
Buku :
|
Komentar :
Buku dengan sampul
yang sejuk ini, memberikan banyak nasehat dalam bab-bab yang disusun
berdasar banyaknya poin, mulai dari yang terdiri dari 2 poin diantaranya
: Dua hal yang sangat utama, Dua perintah Nabi agar bergaul
dengan ulama, Dua perumpamaan masuk kubur tanpa bekal, Dua kemuliaan,
dua Kesedihan, Dua pencarian... dll, sampai yang terdiri dari
10 poin, diantaranya : Sepuluh hikmah bersiwak, Sepuluh hal
yang sia-sia, Sepuluh syarat tobat, Sepuluh teman iblis...
dll,
Nasehat-nasehat tersebut sangat berharga dan bisa menjadi acuan
dalam berkehidupan agar bisa lebih bijak - dalam artian bijak dalam
menyongsong datangnya Hari Kemudian, yang pasti kejadiannya dan
tiada keraguan padanya. Kalau ada nasehat yang lebih penting dijaman
sekarang ini, di dalam usia kita yang tak pernah tahu kapan berakhir,
tentu nasihat-nasihat sebagaimana dalam Nashaihul Ibad
tersebut, karena apapun yang kita lakukan pasti dipertanggungjawabkan
dihadapan-Nya, mempersiapkan sejak detik ini adalah sesuatu yang
akan kita syukuri nanti, tapi menunda-nunda persiapan ke arahnya
hanyalah akan menjadi penyesalan tak berguna.
|
<<Previous
Next>>
|