Astaghfirullah
Tersedu
dalam keheningan hidup
yang pendek, entah petang nanti entah sehembus nafas lagi
terhuyung memikul dosa-dosa yang seberat gunung-gunung
terhempas tanpa batas dalam kezaliman yang membubung
berkarat dalam retak kehancuran
setapak lagi tersungkur ke dasar neraka dengan muka dihujamkan kebawah
Astaghfirullah....
sungguh tiada jarak antara hidup dan mati
setipis tabir yang tersibak kapan saja
sebatas kedipan mata
sejarak hembusan nafas
bagaimana
mesti muka dosa ini berhadap
ketika nista berlumur hina
ketika amal tiada sisa
Astaghfirullah....
segetar lirih alunan ayatMu
adalah samudra bagi kekeringan jiwa
penyembuh luka-luka dunia
tiada kekecewaan disisiMu
tiada kegelisahan melainkan pengharapan
Ya Allah...
sujudku bagiMu, doa penghambaan sebenar-benarnya
berilah hambaMu siraman ampunanMu
hanya ampunanMu.........
Syawal,
1426H
Mengharap...
Astaghfirullah... Dunia tersungkur...
Kabar di ujung hari... Kejayaan
... Dunia
tersungkur disisi jiwa
Seletih
ini aku berjalan
Membawa semua bekal yang tak pernah mengenyangkan
Menunda berjalan lurus untuk berliku dan tersesatkan
Memuja dunia dengan nyanyian dan angan-angan
Sekalipun
dunia berganda di genggaman
Tak ada jarakku dengan api neraka
Selembar sajadah yang berdebu adalah jalan lain yang terlupakan
Keringat
dunia tertimbang usaha kejayaan fana
Seketika Ia berkehendak tak ada lagi tawa melainkan penyesalan
Akankah terus aku berjaya dunia dan nista akherat?
Kisahku
hanya mengharap
Batinku meronta menghiba
Jasadku merangkum dalam keheningan sejuta laksa
Detik yang tertunda adalah sejengkal jarak menjauh dariNya
Bukankah
kematian sudah cukup memberi peringatan?
Adakah jalan kembali dari akhir nafasku?
Sekejap
perenungan mengembalikan kehakikian mahluk
Tak ada tempat bertanggungjawab dari setiap langkah kecuali diganjar setimpal
Terseret dunia atau termuliakan akherat
Pilihan luas sebagaimana indra terbebaskan
Tangisku
doa bagi kezaliman terpendam
Nafasku sesal memohon ampunan
Tengadah aku akan hidayahMu yang selalu kurindu
Ramadhan,
1426H |